Staffpengajar SMA LTI IGM, yang juga berprofesi sebagai guru mata pelajaran Kimia, Betty Kurniaty, S.Si., M.Pd. terpilih menjadi satu satunya guru yang ada di kota Palembang yang mendapatkan pembekalan guru inti yang merupakan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PPKP) di jakarta pada tanggal 9-16 oktober 2019.

p style="text-align justify;">Rendahnya profesionalisme terutama kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 1 Marisa merupakan masalah yang sangat mendesak untuk ditangani melalui penerapan pelatihan berjenjang model-model pembelajaran inovatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan sekolah melalui 2 dua siklus, yang masing-masing melalui tahap perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi. Objek penelitian adalah guru mata pelajaran tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 6 orang, terdiri dari 2 orang guru mata pelajaran IPA Biologi dan Fisika dan 2 orang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, 1 orang guru mata pelajaran matematika dan 1 orang guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penerapan pelatihan/workshop berjenjang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan penguasaan konsep kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 4 Marisa. Disamping itu penerapan pelatihan berjenjang sangat menentukan, kesiapan instruktur dan guru dalam mengikuti pelatihan serta dukungan dan motivasi dari kepala sekolah.

Daerah· 3 Sep 2019 09:06 WITA · 32 Calon Guru Inti Mendapatkan Pelatihan. Perbesar. Sigit yang didampingi Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Ketenagaan Ahmad Muthohar menerangkan, para calon guru inti yang mengikuti pelatihan ini akan langsung dilatih oleh fasilitator dari PSF. Ke depan, setelah lulus mereka ini nantinya yang akan menjadi Pada tanggal 11-15 November 2019 bertempat di Hotel Ibis Style Tanah Abang digelar pelatihan nasional Guru Inti tingkat SMA dan SMK. Pada pelatihan ini Guru yang diundang .Pada Pelatihan ini guru inti bekerja secara proaktif demi tercapainya peningkatan kompetensi guru di zonasinya masing-masing agar berdampak pada pembangunan sumber daya manusia SDM Indonesia. diharapkan dapat mendidik dan mengantarkan seluruh siswa menjadi berprestasi tanpa pembekalan calon guru inti pada Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran PKP Berbasis Zonasi datang dari 43 kabupaten/kota yang tersebar di 17 provinsi yaitu Aceh, Banten, Yogyakarta, Jakarta, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat dan Sumatera ini dilaksanakan untuk memaksimalkan peran guru inti kelompok kerja di zonasinya. Melaksanakan “peer teaching” pada kegiatan kelompok kerja, serta “peer learning” sesama guru dalam zonasinya. Selain itu, kerja sama antara guru secara berkomunitas atau community learning.
Yth Kepala Dinas Pendidikan Provinsi terlampir. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI), akan menyelenggarakan Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan Berstandar Infustri dengan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) Tahun 2022.
Reportase Nuni Fitriarosah BANDUNG BARAT-NEWSROOM. Enam guru matematika SMP Kabupaten Bandung Barat bersama sejumlah guru mata pelajaran yang sama dari kabupaten lainnya di Jawa Barat, mengikuti pembekalan Guru Inti Program PKB melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran PKP berbasis zonasi. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan PPPPTK Matematika tersebut bertempat di LPMP Jawa Barat berlangsung seminggu 20-26 Agustus 2019. Para guru tersebut adalah Ujang Rahmat Slamet SMPN 1 Gunung Halu, Aah Masruah SMPN 1 Cililin, Rika Kaniawaty SMPN 1 Padalarang, Nuni Fitriarosah SMPN 4 Ngamprah, Hendra Sudrajat SMPN 3 Sindangkerta, dan Suci Intan Sari SMPN 4 Lembang. Selama tujuh hari dibekali berbagai materi sebagai persiapan program PKP yang pada tahun 2019 ini mengalami perubahan skema pelatihan, yang semula dilatih di pusat, namun dikaitkan dengan penguatan kompetensi pembelajaran, menjadi pelatihan berbasis zonasi dengan melatih para guru inti menjadi fasilitator yang baik, mencakup dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Program PKP rencananya akan memaksimalkan peran guru inti, kepala sekolah, dan pengawas sekolah di kelompok kerja di zonanya masing-masing. Peningkatan kompetensi ini berbiaya murah karena berbasis zonasi. Guru tidak perlu meninggalkan kegiatan belajar dan mengajar KBM di kelas, melaksanakan peer teaching pada kegiatan kelompok kerja, serta peer learning sesama guru dalam zonasinya. Selain itu, kerjasama antara guru secara berkomunitas community learning, serta kepala sekolah dan pengawas sekolah saling bertukar pengalaman. Pelatihan dilakukan berdasarkan pendekatan masalah yang berawal dari refleksi diri dan analisis hasil UN/USBN serta ujian sekolah. Implementasi program PKP akan berpusat pada kegiatan di zonasi, di mana guru akan melakukan peningkatan kompetensi di zonanya masing-masing, guru tidak lagi dikumpulkan di kabupaten/kota dalam waktu tertentu dan meninggalkan kelas. Ujang Rahmat Saleh mengungkapkan bahwa sistem zonasi telah dilaksanakan dalam pengaturan penerimaan siswa baru. Mulai tahun ini Pemerintah melalui Kemdikbud menjadikan zonasi sebagai basis pelatihan guru. Para Guru Inti dilatih untuk menjadi fasilitator yang baik agar dapat menjadi pelaku perubahan layanan pendidikan di zonanya masing-masing. “Dalam menjalankan peran sebagai Guru Inti, mudah-mudahan dapat menjadi ujung tombak untuk membenahi layanan pendidikan di masing-masing zona. Harapannya pelatihan guru berbasis zonasi ini dapat mengantarkan keberhasilan guru dalam mendidik dan mengantarkan seluruh siswa menjadi berprestasi tanpa diskriminasi,” ungkapnya. Lebih jauh Ujang rahmat menyampaikan tujuan kegiatan di atas adalah meningkatkan kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi KBTT. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas para Guru Inti dalam memfasilitasi guru sasaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi guru. “Seperti kita ketahui bahwa pembangunan SDM menjadi fokus perhatian dari pemerintah. Guru adalah salah satu SDM di bidang pendidikan. Penerimaan siswa berdasakan zonasi memberi kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan pendidikn tanpa memandang stigma sekolah favorit dan bukan sekolah favorit. Guru yang hebat itu dalah guru yang bisa mengantar semua siswa menjadi cerdas, dan sekolah bisa mengantar seluruh siswa menjadi cerdas. Kita berharap guru dapat lebih meningkatkan kontribusi untuk mendukung pembangunan SDM guna menyongsong bonus demografi,” lanjut Ujang Rahmat. Sementara itu, Nuni Fitriarosah mengatakan bahwa pembekalan ini membantu Guru Inti memahami dan menganalisis strategi dalam memfasilitasi guru sasaran dalam mengembangkan desain pembelajaran dan penilaian berorientasi KBTT yang terintegrasi lima unsur utama Penguatan Pendidikan Karakter PPK dan literasi dalam rangka mencapai kecakapan Abad 21. Pendidikan karakter adalah jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, begitu pula dengan Gerakan Literasi Nasional GLN yang merupakan induk gerakan literasi di lingkungan Kemdikbud yang dilaksanakan secara menyeluruh dan serentak mulai dari lingkup keluarga, sekolah maupun masyarakat. “Pembekalan Guru Inti ini adalah awal dari proses peningkatan mutu pembelajaran. Materi yang diberikan pada pembekalan Guru Inti kembali menyadarkan guru bahwa Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Permendikbud 37 tahun 2018 harus dijadikan pedoman sebelum melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sehingga guru mengetahui titipan apa yang terkandung dalam Permendikbud tersebut. Selain itu, Pembelajaran terintegrasi PPK dan GLN yang berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi’ menjadikan guru menyadari bahwa antar PPK, GLN dan proses pembelajaran berbasis KBTT adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,” kata Nuni. Di sisi lain, Rika Kaniawaty menandaskan bahwa program ini harus mempertimbangkan pendekatan kewilayahan atau dikenal dengan istilah zonasi. Hal ini guna meningkatkan efisiensi, efsektivitas, serta pemerataan mutu pendidikan. Pengelolaan kelompok kerja guru, yang selama ini dilakukan melalui gugus atau rayon, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UN/USBN, atau pertimbangan mutu lainnya. “Semoga kompetensi guru di KBB semakin merata. Semua guru agar mau mendukung program PKB melalui PKP berbasis zonasi, karena program ini mungkin saja tidak akan secara instant dapat terlihat manfaatnya. Namun, di kemudian hari kita dapat melihat bahwa ini dapat berdampak baik untuk peningkatan kompetensi kita sebagai guru maupun peningkatan kualitas siswa,” tandas Rika Kaniawaty. *** Editor Adhyatnika GU Total Views 0

32Calon Guru Inti Mendapatkan Pelatihan By Kalimantan Utara - September 12, 2019 762 Tanjung Selor (kla.id) - Sebanyak 32 guru di Kalimantan Utara (Kaltara) mengikuti pelatihan tingkat dasar, melalui program Pusat Belajar Guru (PBG) atau Teacher Leading Center (TLC).

This paper aims to discuss the training on the use of scaffolding talk in developing English language learning instruction for kindergarten teachers of Bengkulu City. The purpose of the training was to enhance the quality of the kindergarten teachers’ professional by 20 kindergarten teachers of English, the training used the inductive participative training method was held in PAUD Intan Insani in Muara Bangkahulu of Bengkulu city on August 3, 2019. The training consisted of three phases presenting the training materials, developing lesson plans, and practicing using the lesson plans in the classroom. This training was also the application of the books of Kiddos An Integrated, Communicative and Character-based Material for Kindergarten Students, the outcome of the national research grant in 2005-2016. In this training, the teachers were trained to use the scaffolding talk in developing the instruction for learning English. The result show that the teachers are able to develop the lesson plans based on the chosen topics in the books but there is no video of the teaching practices in the classroom were submitted by the teachers yet. It could probably caused by many administrative tasks and activities they have to fulfil at schools. In addition, there is also the tendency among the teachers that they prefer a short training instead of the one which take three phases and long time to finish. Therefore, it is suggested to conduct a short training which takes one short time only and has not had many phases to be fulfilled. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Dharma Raflesia Unib Tahun XVII, Nomor 2 Desember 2019 69 PELATIHAN PENGGUNAAN SCAFFOLDING TALK DALAM PENGEMBANGAN INSTRUKSI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BAGI GURU PAUD INTI KOTA BENGKULU A TRAINING ON THE USE OF SCAFFOLDING TALK IN DEVELOPING ENGLISH LANGUAGE LEARNING INSTRUCTION FOR KINDERGARTEN TEACHERS OF BENGKULU CITY Wisma Yunita, Gita Mutiara Hati, Mei Hardiah FKIP Universitas Bengkulu Email wismayunita / gitamutiara ABSTRACT This paper aims to discuss the training on the use of scaffolding talk in developing English language learning instruction for kindergarten teachers of Bengkulu City. The purpose of the training was to enhance the quality of the kindergarten teachers’ professional by 20 kindergarten teachers of English, the training used the inductive participative training method was held in PAUD Intan Insani in Muara Bangkahulu of Bengkulu city on August 3, 2019. The training consisted of three phases presenting the training materials, developing lesson plans, and practicing using the lesson plans in the classroom. This training was also the application of the books of Kiddos An Integrated, Communicative and Character-based Material for Kindergarten Students, the outcome of the national research grant in 2005-2016. In this training, the teachers were trained to use the scaffolding talk in developing the instruction for learning English. The result show that the teachers are able to develop the lesson plans based on the chosen topics in the books but there is no video of the teaching practices in the classroom were submitted by the teachers yet. It could probably caused by many administrative tasks and activities they have to fulfil at schools. In addition, there is also the tendency among the teachers that they prefer a short training instead of the one which take three phases and long time to finish. Therefore, it is suggested to conduct a short training which takes one short time only and has not had many phases to be fulfilled. Keywords scaffolding talk, kindergarten, learning instruction. PENDAHULUAN Usia dini 0-6 tahun merupakan masa di mana seorang anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara pesat dalam segala aspek yang meliputi fisik, kognitif, bahasa, sosial, dan emosional. Dengan demikian, seorang anak harus mendapat bimbingan dan asahan yang tepat dan berkesinambungan supaya mereka dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Bimbingan tersebut tidak hanya berasal dari orang tua, lembaga PAUD juga menjadi tempat di mana anak usia emas dibantu untuk mengembangkan potensi nya di berbagai aspek secara tepat melalui pemberian pengalaman kepada mereka secara beragam dan meenyenangkan sehingga mereka akan lebih siap ketika akan mengikuti pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar SD. Lembaga PAUD di Kota Bengkulu sudah banyak tersedia dengan berbagai program unggulan yang ditawarkan oleh masing-masing satu program unggulan yang marak ditawarkan adalah Dharma Raflesia Unib Tahun XVII, Nomor 2 Desember 2019 70 pembelajaran bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan pada usia emas anak berada dalam critical period di mana mereka dapat mengembangkan kemampuan berbahasa asing dengan baik apabila diberi pemajanan yang tepat. Pada masa ini organ bicara anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan sehingga mereka akan dengan mudah menghasilkan bunyi-bunyi tertentu dalam bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris, yang pada akhirnya akan menjadikan mereka mampu melakukan pengucapan dalam bahasa Inggris seperti layaknya penutur asli Clarke, 2000. Beberapa PAUD di kota Bengkulu sudah menawarkan pembelajaran bahasa Inggris sebagai salah satu aktivitas pembelajaran. Namun demikian, mengajarkan bahasa Inggris kepada anak tidak semudah yang persoalan yang timbul di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian oleh Yunita & Hati 2016, beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru dan lembaga PAUD dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris adalah 1 tidak tersedianya silabus dan materi ajar yang diterbitkan secara resmi oleh pemerintah; 2 keterbatasan media dan keterampilan guru dalam penggunaan media untuk pembelajaran bahasa Inggris; 3 ketidakefektifan dalam aktivitas pembelajaran bahasa Inggris. Permasalah tersebut tidak begitu mengherankan mengingat guru yang mengajar di lembaga PAUD berasal dari lulusan yang memiliki latar belakang pendidikan untuk PAUD, bukan Pendidikan Bahasa menguasai dengan baik berbagai prinsip dan strategi dalam mengembangkan aktivitas pembelajaran untuk anak, namun tidak halnya dengan aktivitas pembelajaran bahasa menciptakan aktivitas pembelajaran bahasa Inggris yang baik dan efektif, diperlukan kemampuan dalam merancang pembelajaran, penyiapan media yang tepat, pemberian instruksi pembelajaran yang efektif, serta pengetahuan yang cukup mengenai bahasa Inggris itu sendiri. Dari masalah yang diidentifikasi di atas, tim pengusul sudah berhasil mengembangkan materi pembelajaran bahasa Inggris untuk anak PAUD yang dikemas menjadi buku berjudul Kiddos An Integrated, Communicative and Character-based Materials for Kindergarten Students yang dibagi menjadi dua jenjang. Materi ajar ini merupakan hasil penelitian Hibah Penelitian Produk Terapan yang dibiayai oleh DRPM Kementerian permasalahan baru timbul. Berdasarkan hasil diskusi informal dengan beberapa guru PAUD Inti di Kota Bengkulu, ditemukan bahwa meskipun sudah tersedia materi ajar bahasa Inggris yang relevan, guru masih menghadapi persoalan mengenai bagaimana mengelola dan melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris yang efektif untuk anak usia dini dengan hanya berbekal kemampuan bahasa Inggris secara umum. Para guru tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris sehingga tidak mudah bagi mereka untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris dengan itu, pembelajaran bahasa Inggris tidak cukup dengan hanya guru memiliki kemampuan berbahasa Inggris saja tetapi juga keterampilan dalam memberikan instruksi pembelajaransecara tepat dan efisien. Sehingga, masalah lain yang dapat diidentifikasi di sini adalah kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan bahasa yang tepat dalam pemberian instruksi pembelajaran bahasa Inggris. Solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan mengadakan pelatihan bagi guru PAUD khususnya pada PAUD Inti di Kota Bengkulu mengenai bagaimana cara yang tepat dalam mengembangkan instruksi pembelajaran bahasa Inggris, yaitu dengan menggunakan Scaffolding Talk merupakan Dharma Raflesia Unib Tahun XVII, Nomor 2 Desember 2019 71 language accompanying action atau bahasa yang menyertai tindakan berupa ungkapan-ungkapan yang digunakan guru sebagai bentuk pengembangan instruksi selama pembelajaran berlangsung untuk membantu siswa belajar. Ungkapan-ungkapan yang merupakan Scaffolding Talk digunakan untuk membimbing dan membantu siswa memahami apa yang harus mereka lakukan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Scaffolding talkperlu dipelajari dan dilatihkan supaya penggunaannya tepat sasaran dan natural sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris. Dengan demikian, diperlukan pelatihan khusus mengenai penggunaan scaffolding talk supaya guru PAUD Inti di Kota Bengkulu dapat lebih baik dan efisien lagi dalam memperkenalkan bahasa Inggris kepada anak-anak peserta didik. Berdasarkan pendahuluan di atas, kompetensi profesionalitas guru khususnya menggunakan instruksi dalam pembelajaran bahasa Inggris sangat diperlukan oleh guru PAUD agar proses belajar bahasa Inggris menjadi menarik dan bermakna. Untuk itu melalui pengabdian ini peneliti akan melakukan Pelatihan Penggunaan Scaffolding Talk dalam Pengembangan Instruksi Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Guru PAUD Inti Kota Bengkulu. Pemilihan tema pelatihan ini didasarkan dari identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru PAUD Inti dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran bahasa Inggris, yaitu 1. Tidak tersedianya silabus dan materi ajar yang dilengkapi dengan aktivitas pembelajaran yang beragam serta petunjuk pelaksanaan pembelajaran 2. Ketidakefektifan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris karena tidak adanya panduan dalam mengembangkan instruksi pembelajaran bahasa Inggris 3. Guru PAUD yang mengajarkan bahasa Inggris bukan guru yang berlatar belakang pendidikan bahasa Inggris sehingga belum mendapat pengetahuan mengenai bagaimana mengembangkan instruksi pembelajaran dalam bahasa Inggris 4. Guru PAUD belum pernah mendapat pelatihan mengenai bagaimana cara mengembangkan instruksi pembelajaran dalam bahasa Inggris Berdasarkan hal itu maka rumusan masalah dalam pengabdian ini adalah “Bagaimana meningkatkan kemampuan guru PAUD Inti dalam mengembangkan instruksi dalam pembelajaran bahasa Inggris melalui penggunaan scaffolding talk.” Scaffolding Talk berasal dari teori yang pertama kali dikembangkan oleh Jerome Bruner, seorang ahli psikologi kognitif, di tahun 1950-an. Istilah ini dia gunakan untuk menggambarkan proses pemrolehan bahasa anak ketika mereka mulai belajar berbicara yang pada umumnya dibantu oleh orangtua mereka. Scaffolding dalam konteks pengajaran pada awalnya diperkenalkan oleh Vygotsky 1978 melalui teorinya mengenai ZPD Zone of Proximal Development, walaupun Vygotsky sendiri tidak pernah menggunakan secara eksplisit istilah scaffolding ini. Teori ini menyatakan bahwa ada zona di antara dua level, yaitu level di mana anak sudah menguasai sesuatu secara mandiri dan level berikutnya di mana anak bisa mencapainya dengan bantuan dari orang lain. Ketika anak berada pada zona ini, bantuan yang tepat dari guru akan membantu siswa untuk menguasai sesuatu atau menyelesaikan tugas di level yang lebih tinggi tersebut. Dharma Raflesia Unib Tahun XVII, Nomor 2 Desember 2019 72 Di sinilah peran Scaffolding Talk oleh merupakan elemen penting dalam proses pembelajaran di mana guru secara terus menerus menyesuaikan bantuan yang bisa diberikan kepada siswa supaya mereka dapat memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Guru dapat melakukannya dengan memberikan contoh, memberikan petunjuk-petunjuk, serta mengadaptasi materi ajar dan aktivitas pembelajaran Copple & Bredekamp, 2009. Yang perlu diperhatikan adalah ketika memberikan instruksi dan petunjuk sembari memberikan contoh, guru harus menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana supaya mudah dipahami oleh siswa sehingga mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Berikut beberapa strategi yang dapat digunakan dalam scaffolding talk Alber, 2014 1. Show and tell, guru tidak hanya menginstruksikan siswa untuk melakukan sesuatu, tetapi guru juga harus memperagakan cara bagaimana melakukannya. 2. Tap into prior knowledge, aktifkan pengetahuan awal siswa dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan apa yang sudah siswa ketahui sebelumnya. 3. Give time to talk, siswa sebaiknya diberikan waktu yang cukup untuk dapat memproses apa yang diinstruksikan oleh guru 4. Pre-teach vocabulary, guru memperkenalkan dahulu kata-kata yang belum familiar dengan siswa. 5. Using visual aids, gunakan alat bantu sehingga pembelajaran yang abstrak akan lebih konkrit sehingga siswa dapat memproses instruksi yang diberikan dengan lebih mudah. 6. Pause, ask questions, pause, review, berikan instruksi tidak hanya sekali tetapi berkali-kali sembari guru melihat perkembangan apakah siswa mengerjakan tugas yang diberikan sesuai dengan instruksi guru. Penggunaan scaffolding talkyang baik dan tepat sudah terbukti berhasil meningkatkan pemrolehan belajar siswa, khusunya dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam hal pengembangan bahasa dan literasi di tingkat pra-sekolah Pentimontii & Justice, 2010. Untuk itu, penggunaan strategi scaffolding talk ini diharapkan juga dapat membantu guru dalam pengembangan instruksi pembelajaran bahasa Inggris untuk anak di PAUD kota Bengkulu. METODE PENGABDIAN Metode yang digunakan dalam kegiatan pelatihan ini adalah model pelatihan induktif yang terdiri dari 7 langkah seperti dikemukakan oleh Kamil 2018 dan diikuti oleh guru PAUD Inti Kota berlokasi di PAUD Intan Insani Pematang Gubernur, Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu. Tujuh langkah dalan metode Induktif partisipatif tersebut diwujudkan dalam bentuk pelatihan yang dilakukan sebanyak tiga tahap. Tahap pertama digunakan untuk analisis masalah yang dihadapi oleh guru PAUD dalam memberikan instruksi dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar dan mengetahui sejauh mana pengetahuan guru PAUD tentang instruksi dalam bahasa selanjutnya diberikan pelatihan dengan materi tentang instruksi dalam pembelajaran bahasa Inggris dan pengembangan instruksi dari materi yang telah disiapkan oleh peneliti. Pada tahap ini guru juga diminta untuk membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP untuk satu materi pembelajaran untuk Dharma Raflesia Unib Tahun XVII, Nomor 2 Desember 2019 73 digunakan dalam proses belajar bahasa Inggris. Terakhir, tahap ketiga digunakan untuk praktek guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan mengunakan RPP yang telah disiapkan dan telah memuat instruksi dalam bahasa Inggris. Praktek pembelajaran ini direkam dalam bentuk dalam kegiatan ini yang terdiri dari angket terbuka yang diberikan pada guru dan hasil kerja berupa RPP dianalisis secara kualitatif. Kegiatan utama yang dilakukan adalah memberikan pelatihan bagi guru-guru PAUD mengenai penggunaan scaffolding talk yang baik dalam pengembangan instruksi pembelajaran dan aktivitas pembelajaran bahasa Inggris. Berikut rincian kegiatan yang sudah dilaksanakan berdasarkan rancangan kegiatan yang sudah disusun sebelumnya. 1. Persiapan Kegiatan Pelatihan Tahap persiapan dilaksanakan selama bulan April Juli 2019. Pada tahap ini, tim pelaksana merancang angket yang bertujuan untuk menganalisis kebutuhan guru PAUD akan pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak PAUD. Selain itu angket ini juga mencoba menjaring permasalahan apa yang selama ini guru hadapi ketika mereka melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris untuk anak PAUD. Selain mengambil data dari angket, tim pelaksana juga berdiskusi dengan pihak mitra terkait teknis pelaksanaan kegiatan, yang meliputi tempat pelaksanaan pelatihan, fasilitas pendukung pelatihan, undangan peserta pelatihan, serta jadwal acara pelatihan. Pada tahap ini, kedua belah pihak juga membahas peran yang akan dijalankan terkait pelaksanaan kegiatan pelatihan. Hasil dari diskusi adalah pihak mitra menyediakan ruangan tempat pelatihan, fasilitas pendukung seperti LCD Proyektor dan Layar, sound system, dan kursi untuk pemateri serta peserta undangan. Sedangkan tim pelaksana berperan dalam menyiapkan undangan untuk peserta pelatihan, susunan acara pelatihan, materi pelatihan, serta konsumsi selama kegiatan. Tim pelaksana dibantu oleh empat orang mahasiswa dalam hal menyebarkan undangan dan menyiapkan pelaksanaan acara, serta bersiaga selama acara pelatihan untuk membantu apabila ada kendala teknis selama acara pelatihan berlangsung. 2. Pelaksanaan Pelatihan Sesuai kesepakatan yang telah didiskusikan antara kedua belah pihak, pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Agustus 2019 pukul WIB bertempat di Aula PAUD Intan Insani Jl. WR Supratman, Pematang Gubernur, kota Bengkulu. Peserta yang ditargetkan sebanyak 30 orang guru, namun dikarenakan adanya perubahan jadwal karnaval PAUD oleh pemerintah kota Bengkulu, banyak peserta yang sebelumnya sudah bersedia datang ke kegiatan pelatihan terpaksa harus mundur untuk mengawal anak PAUD mengikuti acara karnaval tersebut. Pada hari pelatihan, peserta yang hadir sejumlah 20 orang guru dari beberapa PAUD di Kota Bengkulu. Pelaksanaan pelatihan dibagi menjadi tiga sesi, sesi pertama berupa diskusi dan konfirmasi antara peserta dan nara sumber pelatihan mengenai data yang dikumpulkan melalui angket yang sebelumnya sudah disiapkan pada saat persiapan kegiatan. Sesi kedua merupakan kegiatan inti pelatihan, yaitu pemaparan materi pelatihan. Sesi ketiga adalah sesi tanya jawab dan diskusi lebih lanjut mengenai materi yang telah disampaikan oleh nara sumber. Dharma Raflesia Unib Tahun XVII, Nomor 2 Desember 2019 74 Sesi pertama berlangsung lancar tanpa berdiskusi bersama peserta mengenai fakta dan kondisi yang terjadi di lapangan terkait pembelajaran bahasa Inggris di diskusi tersebut diketahui bahwa hampir seluruh peserta pelatihan hanya melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris tanpa ada jadwal yang mengajar bahasa Inggris juga bukan guru yang berlatar pendidikan guru bahasa Inggris. Tidak diragukan lagi, mereka belum mengetahui apa yang dimaksud dengan scaffolding talk dalam belajar bahasa Inggris dan mereka menemui kesulitan dalam mencari materi dan mengembangkan aktivitas yang sesuai untuk anak. Hasil diskusi ini mengarah kepada rasa keingintahuan peserta terhadap materi yang akan dipaparkan oleh nara sumber. Di sesi kedua, narasumber menyampaikan materi mengenai bagaimana penggunaan scaffolding talk dalam pengembangan instruksi pembelajaran bahasa Inggris. Peserta tampak antusias dalam mengikuti pemaparan materi oleh nara sumber. Selain itu peserta tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti alur materi yang disampaikan dikarenakan materi dasar yang dibahas masih banyak kaitannya dengan pendidikan anak usia dini. Namun demikian, ada penambahan terhadap pengetahuan dasar mereka, yaitu bagaimana mengaitkannya ke dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk anak usia dini. Sesi ketiga merupakan sesi dimana peserta diberi kesempatan untuk mendiskusikan lebih mendalam mengenai materi yang sudah disampaikan oleh nara sumber. Dari sekian banyak pertanyaan, ada satu kesaamaan situasi yang mereka hadapi dalam usaha mengajarkan bahasa Inggris kepada anak PAUD, yaitu bagaimana memberikan instruksi dalam bahasa Inggris. Selama ini mereka hanya langsung mengajarkan kosakata bahasa Inggris tanpa ada pemajanan lain dalam bahasa Inggris. Peserta kemudian didorong untuk berikutnya berlatih memberikan instruksi dengan menggunakan bahasa Inggris supaya anak mendapat lebih banyak input bahasa Inggris. Kegiatan utama pelatihan berakhir setelah sesi ketiga berakhir. Namun setelah waktu istirahat, peserta dikumpulkan kembali dan diberi pengarahan mengenai kegiatan pengabdian selanjutnya, yaitu pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH khusus untuk praktek penggunaan scaffolding talk yang sudah dilatihkan. Peserta diberi waktu selama dua minggu untuk mengembangkan RPPH untuk pembelajaran bahasa Inggris dengan mempraktekkan penggunaan scaffolding talk dalam memberikan instruksi selama pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan Scaffolding Talk Kegiatan akhir dari pengabdian ini adalah praktek pelaksanaan pembelajaran yang direkam dalam saat laporan ini ditulis, peserta kegiatan pengabdian belum ada yang sampai pada tahap praktek dan memvideokan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah mereka masing-masing. Beberapa peserta pelatihan telah mengirimkan RPPH mereka dan ditindaklanjuti dengan pemberian materi dari buku Kiddos sesuai topik yang akan mereka gunakan dalam pembelajaran nanti. Berdasarkan analisis terhadap RPP harian yang telah dibuat oleh guru, terlihat bahwa mereka telah mampu membuat RPP sesuai dengan tema-tema yang ada pada buku Kiddos misalnya Tema Tubuhku dan Buah-Buahan. Namun demikian, untuk video rekaman kegiatan pembelajaran di dalam kelas, belum ada guru yang Dharma Raflesia Unib Tahun XVII, Nomor 2 Desember 2019 75 mengumpulkannya. Hal ini kemungkinan terjadi karena guru enggan proses belajar-mengajar mereka direkam dan kegiatan pengabdian yang panjang dan bertahap-tahap membuat mereka tidak bisa mengikuti secara penuh karena kesibukan dengan aktivitas lainnya di sekolah. Evaluasi Kegiatan Berdasarkan evaluasi kegiatan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat bagi penambahan pengetahuan guru tentang penggunaan Scaffolding Talks dalm proses pembelajarannya. Namun demikian pelatihan yang berlapis tahapannya, membuat RPPH dan merekam proses pembelajaran di kelas mereka, cenderung tidak terlalu menarik bagi guru karena kegiatan tersebut memerlukan waktu yang lama dan proses merekam kegiatan mereka dalam mengajar cenderung membuat guru agak enggan, sehingga tidak tidak ada video yang dikumpulkan sampai tahap akhir pelatihan ini . Ada kecendrungan guru-guru lebih menyukai kegiatan yang lebih singkat dan tidak berlapis sampai pada tahap merekam proses pembelajan mereka di kelas. KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan Pelatihan Penggunaan Scaffolding Talk dalam Pengembangan Instruksi Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Guru PAUD Inti Kota Bengkulu ini telah dilaksanakan sampai pada tahap Implementasi pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan Scaffolding itu telah ada beberapa guru yang mengumpulkan RPPH mereka yang telah dibuat sesuai dengan tema-tema yang ada pada buku Kiddos. Untuk menjalin komunikasi yang lebih baik dalam kegiatan ini, tim pengabdian membuat grup WhatsApp yang diberi nama “Pelatihan Guru PAUD” yang di dalamnya terdapat seluruh guru PAUD yang menjadi peserta kegiatan pelatihan, pengawas PAUD dari Dinas Diknas Kota Bengkulu dan tim pengabdian itu sendiri. Namun demikian, belum ada guru PAUD yang mengumpulkan video rekaman proses pembelajaran mereka kepada tim pengabdian. Hal ini terjadi karena adanya persepsi kalau mengikuti kegiatan pengabdian cukup sampai pada tahap awal pelatihan. Tahap pelatihan yang lama dan sampai pada tahap merekam proses pembelajaran dianggap tidak terlalu menarik meskipun telah dijanjikan reward yang menarik. Ada kecendrungan guru lebih suka pada pelatihan yang singkat dan hadir dalam pemaparan materi. Oleh karena itu, untuk kegiatan pengabdian selanjutnya disarankan tim pengabdian hanya melakukan kegiatan pengabdian yang selesai dalam satu kegiatan dan tidak memakan waktu yang lama dan berlapis tahapannya seperti kegiatan pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Alber, R. 2014. Scaffolding Strategies to Use with Your Students.online Clarke, P. 2000. Language development and Identity. Keynote Paper, London University Conference Supporting identity and language in the early years, London, UK. Copple, C., & Bredekamp, S. 2009. Developmentally appropriate practice in early childhood programs. Washington, DC National Association for the Education of Young Children. Kamil, M. 2018. Model-Model Pelatihan diakses tanggal 4 April 2019 dari Dharma Raflesia Unib Tahun XVII, Nomor 2 Desember 2019 76 Kemendiknas.2004. Scaffolding Talk dalam Pembelajaran Bahasa Pelatihan Terintegerasi TOT Kurikulum 2004. Pentimonti, J.& M. Justice, L. 2010. Teachers’ Use of Scaffolding Strategies During Read Alouds in the Preschool Classroom. Early Childhood Education Journal. 37. 241-248. Vygotsky, L. S. 1978. Mind in society The development of higher psychological processes. Cambridge, MA Harvard University Press. Yunita, W. & Hati, 2016. Teaching English for Kindergarten Problems and Needs from Teacers’ Perspectives. Proceedings ELTeaM Celebrating Students’ 81-89. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Talk dalam Pembelajaran Bahasa Pelatihan Terintegerasi TOT KurikulumKemendiknasKemendiknas.2004. Scaffolding Talk dalam Pembelajaran Bahasa Pelatihan Terintegerasi TOT Kurikulum Use of Scaffolding Strategies During Read Alouds in the Preschool ClassroomJ M PentimontiL JusticePentimonti, J.& M. Justice, L. 2010. Teachers' Use of Scaffolding Strategies During Read Alouds in the Preschool Classroom. Early Childhood Education Journal. 37. 241-248. English for Kindergarten Problems and Needs from Teacers' PerspectivesW YunitaG M HatiYunita, W. & Hati, 2016. Teaching English for Kindergarten Problems and Needs from Teacers' Perspectives. Proceedings ELTeaM Celebrating Students' 81-89.
TANJUNGSELOR, MK - Sebanyak 32 guru di Kalimantan Utara (Kaltara) mengikuti pelatihan tingkat
Jakarta ANTARA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy mengimbau para guru inti untuk turut serta bekerja keras membangun sumber daya manusia SDM Indonesia. "Guru adalah ujung tombak untuk membenahi layanan pendidikan di masing-masing zona," ujar Mendikbud dalam keterangan pers yang di Jakarta, Senin. Sehingga, definisi keberhasilan guru haruslah diubah, yaitu dapat mendidik dan mengantarkan seluruh siswa berprestasi, tanpa diskriminasi. "Guru yang hebat itu bisa mengantar semuanya menjadi pintar, dan sekolah favorit itu bisa mengantar seluruh siswa menjadi pintar," kata dia. Menteri Muhadjir berharap para guru dapat lebih meningkatkan kontribusinya untuk mendukung pembangunan SDM Indonesia guna menyongsong bonus demografi. Pembangunan SDM menjadi fokus perhatian dari Pemerintah. Para guru supaya bekerja keras, tidak bisa lagi bermain-main dengan tunjangan profesi, terima tunjangan tapi tetap malas. Menurut dia, guru harus proaktif melaksanakan tugas di masing-masing zona layanan pendidikan tempat guru inti bertugas. Demikian disampaikan Mendikbud Muhadjir Effendy saat membuka Pembekalan Calon Guru Inti Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi, yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur, yang berlangsung pada tanggal 26 Juli hingga 2 Agustus 2019. Peserta kegiatan Pembekalan Calon Guru Inti Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran PKP Berbasis Zonasi yang diselenggarakan di Surabaya berasal dari 43 kota/kabupaten dari 17 Provinsi di Indonesia, meliputi Aceh, Banten, Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Program ini bertujuan untuk memaksimalkan peran guru inti, kepala sekolah, dan pengawas sekolah pada kelompok kerja di zonasinya. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Supriano, menjelaskan mengenai adanya perubahan skema pelatihan kompetensi guru. “Pelatihan sebelumnya, dilatih di pusat, tapi mulai 2019, dikaitkan dengan penguatan kompetensi pembelajaran, menjadi pelatihan berbasis zonasi dengan melatih para guru inti menjadi fasilitator yang baik, mencakup dari sekolah dasar hingga sekolah menengah,” kata Supriano. Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran PKP akan memaksimalkan peran guru inti, kepala sekolah, dan pengawas sekolah di kelompok kerja di zonanya masing-masing. Peningkatan kompetensi ini berbiaya murah karena berbasis zonasi. Guru tidak perlu meninggalkan kegiatan belajar dan mengajar KBM di kelas, melaksanakan pengajaran sebaya pada kegiatan kelompok kerja, serta pembelajaran sebaya sesama guru dalam zonasinya. Selain itu, kerja sama antara guru secara berkomunitas, serta kepala sekolah dan pengawas sekolah saling bertukar pengalaman. Pelatihan dilakukan berdasarkan pendekatan masalah yang berawal dari refleksi diri dan analisis hasil UN/USBN serta ujian sekolah. Implementasi program PKP akan berpusat pada kegiatan di zonasi yang mana guru akan melakukan peningkatan kompetensi di zonanya masing-masing, guru tidak lagi dikumpulkan di kabupaten/kota dalam waktu tertentu dan meninggalkan kelas. Supriano berharap para guru inti yang telah dilatih dapat menjadi pelaku perubahan layanan pendidikan di zona masing-masing pada Tahun Ajaran 2019/2020. “Diharapkan guru inti mulai Tahun Ajaran 2019/2020 ini bisa menjadi pelaku peran perubahan di tingkat zonasi,” kata Supriano lagi. Perubahan skema pelatihan bertujuan untuk efektivitas dan efisiensi dalam menyelesaikan masalah layanan pendidikan di tiap daerah. Pelatihan, lanjutnya, akan memfokuskan pada permasalahan layanan pendidikan, dan menggunakan Ujian Nasional sebagai identifikasi sumber permasalahan. Sumbernya Ujian Nasional karena itu capaian riil dari siswa.* Baca juga Mendikbud Zonasi tidak hanya berkait dengan penerimaan siswa baru Baca juga Kemendikbud nyatakan distribusi guru akan berdasarkan zonasiPewarta IndrianiEditor Erafzon Saptiyulda AS COPYRIGHT © ANTARA 2019 . 439 205 287 416 121 222 440 442

pelatihan guru inti 2019